Jumat, 17 Mei 2013

Menghafal Al-Quran dalam Setahun

Merupakan kewajiban sebagai umat Islam adalah mengamalkan segala apa yang diperintahkan dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh Allah swt di dalam kitab-Nya Al-Quran. Dan untuk mengamalkan kewajiban itu sepenuhnya, maka kita dituntut untuk membaca dan mempelajari Al-Quran. Bahkan, seharusnya kita juga menghafal Al-Quran, disamping surat-surat pendek yang biasa kita baca ketika shalat sunnah maupun wajib.
Akhir-akhir ini kesadaran umat untuk menghafal Al-Quran semakin besar. Buktinya, kita mendengar banyak pesantren dan halaqah tahfidhul quran baru, mulai bermunculan. Oleh karena itu, mereka yang akan dan tengah menghafal Al-Quran, pastilah membutuhkan pelengkap selain mushaf Al-Quran yang membantu untuk mewujudkan apa yang mereka cita-citakan, yaitu, hafal Al-Quran.


Sesungguhnya menghafal Al-Quran adaah proyek seumur hidup, sedangkan kita tiak mengetahui berapa sisa umur yang tertinggal. Maka dari itu, proyek tersebut haruslah dilaksanakan dengan penuh kegigihan, tekad dan semangat berlomba, sebagaimana firman Allah swt: “Untuk itu demikian, itulah hendaknya orang  berloma-lomba” (QS. Al-Muthaffifin:26) Maka dari itu, hendaknya kita berlomba-lomba meraih  keberhasilan; dan menggapai derajat yang tinggi. Melalui tulisan ini kami berupaya untuk memberikan motivasi dan dorongan agar kita sebagai seorang muslim mau dan berusaha untuk menghafal Al-Quran dengan sempurna 30 juz.


Kami menawarkan program menghafal dalam waktu setahun –bahkan kurang-, apabila anda mau mempraktikkan metode yang kami tawarkan. Ini adalah program akselerasi tahfidh yang kami
rasa paling realistis dan cocok dengan kemampuan rata-rata orang indonesia dalam menghafal Al-
Quran. 



Pesantren Tahfidhul Quran Bina Qalbu menawarkan program tersebut, diutamakan tamatan SMA
dan sederajat atau di atasnya yang ingin memberikan waktunya untuk menghafal Al-Quran sebelum masuk
bangku perkuliahan.



Alhamdulillah sejak program ini dibuka ada beberapa santri yang ikut program ini, ada yang dari
Magelang, Cirebon, Lampung, Bengkulu, Flores dan Medan, namun ada juga yang ingin berhenti di
tengah jalan dan belum sanggup meneruskan perjalanan sampai akhir tujuan. Oleh karena itu kami
menegaskan bahwa untuk menghafal Al-Quran itu dibutuhkan kesungguhan, tekad dan kegigihan
yang kuat. 


Kesungguhan itu bernilai sangat tinggi di sisi Allah, apakah anda tahu bahwa kesungguhan seorang

mukmin merupakan puncak keilmuannya? Rasulullah saw pernah bersabda: “ Barangsiapa yang
menginignkan kebaikan, akan tetapi ia belum dapat mengamalkannya, maka Allah akan mencatat baginya
kebaikan yang sempurna di sisi-Nya”. (HR. Bukhari)



Terkadang seorang mukmin menjadi unggul dengan kesungguhannya yang tinggi, sebagaimana dijelaskan
oleh Rasulullah saw dalam sabdanya: “ ”Satu dirham telah mengalahkan seratus dirham, mendengar hal itu, para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana bisa satu dirham mengalahkan seratus dirham? Beliau menjawab, “Hal itu disebabkan karena ada seorang lelaki yang memiliki dua dirham saja. Kemudian ia mengambil salah satunya untuk disedekahkan. Sedangkan orang yang lain memiliki harta yang banyak, kemudian ia hanya mengambil dari simpananya (yang melimpah) sebanyak seratus ribu dirham untuk disedekahkan”. (HR. An-Nasa’i, haditsnya Hasan)



Adapun karakteristik orang-orang yang memiliki kesungguhan tinggi (Himmah Aliyah) menurut Ir. Amjad
Qasim dalam bukunya kaifa tahfadhul Quran fis Syahri adalah sebagai berikut:
  1. Orang yang memiliki  kesungguhan tinggi itu tidak akan hilang atau melemah tekadnya. Allah swt berfirman: “…Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya” (QS Ali Imran: 159)
  2. Orang yang memiliki kesungguhan tinggi tidak akan rela jika tidak mendapatkan apa yang ditujunya; tidak akan merasa senang kecuali jika ia melakukan hal-hal yang penting; dan tidak ada balasan yang dapat menyenangkannya selain surga.
  3. Orang yang memiliki kesungguhan tinggi akan mengorbankan jiwa dan segala apa yang berharga untuk mendapatkan tujuannya; dan mewujudkan cita-citanya. Karena ia tahu bahwa kemuliaan itu tergantung pada penghalang-peghalang yang merintanginya. Dan, sesungguhnya kebaikan tidak akan didapatkan kecuali dengan merasakan kesulitan; dan tujuan tidak akan tercapai kecuali dengan melintasi jembatan keletihan.
  4. Orang yang memiliki kesungguhan tinggi itu merasa percaya diri, kuat, dan berani ketika ia berangkat menuju tujuan yang telah ditetapkannya, dengan berbekal ilmu dan hujjah yang nyata. Sehingga, ia pun bisa melalui berbagai hal yang menakutkan; dan memandang ringan berbagai kesulitan.
  5. Orang yang memiliki kesungguhan tinggi itu senantiasa menyesal jika waktunya telah berlalu, namun tidak ia pergunakan dengan sebaik-baiknya untuk berdzikir kepada Allah swt. 
  6. Orang yang memiliki kesungguhan tinggi itu menyadari bahwa jika usahanya itu belum juga membuahkan hasil, maka ia pun akan menambah kesungguhannya. Maka dari itu, ia tidak rela jika hanya duduk menunggu, hingga ajal menjemputnya. Akan tetapi, ia akan berusaha agar lembaran kehidupannya memiliki arti. 
  7. Orang yang memiliki kesungguhan tinggi tidak akan terbiasa dengan hal-hal yang bersifat fana (tidak kekal); dan tidak suka dengan kehidupan yang penuh dengan kepalsuan. Ia terus saja naik ke atas langit yang tinggi; dan tidak berhenti naik, hingga sampai ke surga. Hal itu disebabkan karena tujuannya amatlah besar dan cita-citanya amatlah tinggi.
  8. Orang yang memiliki kesungguhan tinggi itu berjiwa mulia. Ia mengetahui betapa tinggi harga dirinya, akan tetapi ia berusaha untuk tidak bersikap sombongm ujub dan congkak. Karena jika seorang mengetahui harga dirinya, maka ia akan menjaga dirinya dari hal-hal yang hina; membersihkannya dari berbagai perkara sia-sia, baik tersembunyi atau tampak; serta menjauhkan diri dari tempat-tempat hina dengan tidak membawa dirinya ke tampat-tempat yang tidak sepantasnya, atau menempatkannya pada sesuatu yang tidak sesuai dengan harga dirinya. Dengan begitu, maka jiwanya pun akan tetap terjaga dengan baik, mulia, kuat, tidak rela dengan kekurangan, dan tidakakan puas kecuali dengan mendapatkan apa yang diinginkan.
  9. Orang yang memiliki kesungguhan tinggi itu mandiri, tidak bergantung pada orang lain. Ia membangun kemuliaannya dengan kehormatan dirinya, tidak bersandar pada kemuliaan nasabnya; dan tidak merasa kecil hati jika tidak memiliki kemuliaan nasab, karena kemuliaanya adalah kesungguhannya.


Selanjutnya, Ir. Amjad Qosim juga menyebutkan beberapa faktor yang dapat meningkatkan kesungguhan
yang kami ringkas sebagai berikut: 
  1. Keinginan untuk mendapatkan kehidupan akhirat dan menjadikannya sebagai satu-satunya tujuan. 
  2. Banyak mengingat kematian.
  3. Doa.
  4. Berusaha keras memusatkan pikiran pada hal-hal yang penting (prioritas) saja.
  5. Berpindah dari lingkungan yang dapat melemahkan semangat (tidak kondusif)
  6. Berteman dengan orang yang memiliki kesungguhan tinggi; serta menimba ilmu dari pengalaman mereka.
  7. Meminta nassihat pada orang-orang shalih.
  8. Sungguh-sungguh, tekun, dan gigih dalam setiap keadaan.
  9. Optimis dan merespon baik segala hal yang dapat meningkatkan kesungguhan.


Apakah anda sudah menyerah untuk menjadi seorang hafidh atau penghafal Al-Quran? apakah anda sudah  menerapkan berbagai metode dan tips agar dapat menghafal Al-Quran, akan tetapi anda juga tidak berhasil?
Padahal, apabila anda hafal Al-Quran, anda akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah, mahkota kehormatan akan disematkan di atas kepala anda, anda akan mendapatkan nikmat seperti nikmat yang  dimiliki para nabi, dan mendapatkan berbagai keutamaan lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar